ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan.

ADHD diperkirakan mempengaruhi sekitar 6-7% orang berusia kurang dari atau sama dengan 18 tahun ketika didiagnosis melalui kriteria DSM-IV.Ketika didiagnosis melalui kriteria ICD-10 dalam kelompok usia ini diperkirakan sebesar 1-2%. Anak laki-laki dua kali lebih prevalen dibanding perempuan.

Anak dengan ADHD mengalami kesulitan untuk tetap fokus. Ia biasanya tidak betah jika harus duduk dan belajar dalam waktu lama. Namun, hal ini bukan karena mereka kurang paham dengan apa yang sedang mereka pelajari.

Anak ADHD merupakan anak yang hiperaktif. Mereka suka terus bergerak, bahkan mungkin sampai mengganggu teman yang ada di dekatnya. Mereka juga suka bertindak impulsif. Artinya, mereka suka melakukan tindakan yang tiba-tiba tanpa memikirkannya terlebih dahulu, mereka tidak suka menunda keinginan atau kepuasan.

Apa bedanya ADHD dan autisme?

Anak dengan ADHD dan autism sama-sama memiliki masalah dengan perhatian. Perilaku mereka suka berubah tiba-tiba (impulsif) dan juga sulit berkomunikasi. Mereka mempunyai masalah dalam berhubungan dengan orang lain.

Karena terlihat mirip, kadang orang menyamakan kondisi ADHD dengan autisme. Tapi, sebenarnya keduanya merupakan dua hal yang berbeda. Lalu, apa bedanya?

Jika diperhatikan dengan seksama, anak dengan ADHD akan berbeda dengan anak dengan autisme. ADHD lebih memengaruhi bagaimana cara otak tumbuh dan berkembang. Sedangkan, autisme adalah rangkaian gangguan perkembangan yang memengaruhi kemampuan bahasa, perilaku, interaksi sosial, dan kemampuan belajar.

Dari segi perhatian

Anak ADHD cenderung menghindari hal-hal yang perlu fokus tinggi, seperti membaca buku. Mereka bahkan dari awal sudah terlihat tidak minat dengan hal-hal tersebut. Sedangkan, anak dengan autisme cenderung ingin berusaha untuk fokus pada hal-hal yang mereka sukai. Mereka bisa mempelajari hal-hal yang mereka sukai dengan baik, seperti bermain dengan mainan tertentu.

Dari segi interaksi dan komunikasi dengan orang lain

Anak dengan ADHD cenderung berbicara tanpa henti. Mereka bisa mengganggu saat orang berbicara dan suka jika ia menjadi dominan saat diskusi. Sedangkan, anak dengan autisme sering mengalami kesulitan memasukkan kata-kata ke dalam pikiran dan perasaan. Sehingga, mereka mungkin akan lebih sulit dalam mengutarakan pendapatnya. Mereka juga sulit untuk melakukan kontak mata.

Dalam segi rutinitas

Anak dengan ADHD cenderung tidak suka jika melakukan rutinitas yang sama setiap hari atau dalam waktu lama. Sedangkan anak dengan autisme cenderung suka dengan hal-hal yang sudah tertata, mereka suka dengan ketertiban, dan tidak suka jika rutinitas mereka tiba-tiba berubah.

Genetik

ADHD mungkin sangat diwariskan, tetapi faktor genetik tertentu belum ditegakkan. Kerabat tingkat pertama pasien dengan ADHD dilaporkan 2-8 kali lebih mungkin untuk mengembangkan ADHD.

Lingkungan/psikososial

  • Konflik keluarga.
  • Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
  • Jumlah keluarga yang terlalu besar.
  • Orang tua terkena kasus kriminal.
  • Orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat).
  • Anak yang diasuh di penitipan anak.
  • Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil, dan alkohol.

Gejala Klinis

Gejala yang timbul dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah sensitif terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi seringkali terbangun. Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak senang digendong, suka membenturkan kepala, dan sering marah berlebihan. Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah, tampak canggung, sering mengalami kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrasi, tidak bisa diam, mudah marah, nafsu makan buruk, koordinasi mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri, dan gangguan tidur.

Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang tampak pada perilaku seorang anak yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.

Inatensi

Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian misalnya jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas, mainan sering tertinggal, sering membuat kesalahan, mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).

Hiperaktif

Perilaku yang tidak bisa diam, seperti banyak bicara, tidak dapat tenang/diam (mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak), sering membuat gaduh suasana, selalu memegang apa yang dilihat, sulit untuk duduk diam, lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia, suka teriak-teriak.

Impulsif

Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar) seperti sering mengambil mainan teman dengan paksa, tidak sabaran, reaktif, sering bertindak tanpa dipikir dahulu.

 

Gejala-gejala lainnya yaitu sikap menentang, cemas, dan memiliki masalah sosial.

  • Sikap menentang seperti sering melanggar peraturan, bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas, lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).
  • Rasa cemas seperti banyak mengalami rasa khawatir dan takut, cenderung emosional, sangat sensitif terhadap kritikan, mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar, terlihat sangat pemalu dan menarik diri.
  • Masalah sosial seperti hanya memiliki sedikit teman, sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.

 

Manajemen

Manajemen ADHD biasanya melibatkan konseling atau obat atau kombinasi keduanya.

Terapi perilaku

Terapi perilaku untuk membantu anak dengan ADHD untuk beradaptasi dan memperbaiki kemampuan untuk memecahkan masalah.

Obat-obatan

Obat stimulan adalah pengobatan pilihan.Obat ini memiliki setidaknya beberapa efek pada gejala dalam jangka pendek di sekitar 80% dari orang. Metilfenidat muncul untuk memperbaiki gejala seperti yang dilaporkan oleh para guru dan orang tua.

Leave Your Reply