Snoezelen berasal dari 2 kata: snoeffelen (to sniff): mencium bau, aktif, dinamis; dan dozelen (to doze) tidur sebentar, nyaman rileks. Atau dengan kata lain, pengertian Snoezelen adalah lingkungan atau tempat yang mengembangkan multisensoris dengan cara relaksasi. (Hulsegge, 1979)
Terapi Snoezelen adalah suatu aktifitas yang dirancang untuk mempengaruhi Sistem Saraf Pusat melalui pemberian stimulus yang cukup pada sistem sensori primer dan sensori sekunder. Stimuli primer atau reseptor sensori eksternal yaitu visual (penglihatan), auditori (pendengaran), olfactori (penciuman), gustatori (perasa/pengecapan), tactile (peraba). Stimuli sekunder atau reseptor sensori internal yaitu vestibular (keseimbangan) dan proprioseptif (kesadaran diri akan lingkungan sekitar atau kesadaran orientasi spasial).
STIMULASI DALAM TERAPI SNOEZELEN
Penglihatan / Sight
Penglihatan tergantung pada terang dan gelap, bentuk dan sudut. Warna dan bayangan akan menyediakan stimulasi dan kesenangan. Dalam hal ini tidak dibutuhkan gambar untuk pemahaman, kecuali untuk program learning. Warna dasar yang bergantian dirasa akan cukup bagus. Kombinasi pencahayaan dan image visual yang ditampilkan akan menghasilkan efek yang bervariasi untuk membantu terciptanya sensasi warm dan cool. Sehingga Anak Berkebutuhan Khusus tersebut memiliki ketertarikan, merasa senang dan rileks serta ter-stimuli.
5 Warna dibagi menjadi menjadi 2 kategori, yaitu:
- Warm Color: merah, orange, dan kuning. Warna merah merupakan warna yang bersemangat, dapat meningkatkan aktivitas otak dan tonus otot serta dapat memberikan rasa hangat. Warna orange efeknya sama dengan merah tetapi lebih ringan, aktivasi, energis dan dapat menurunkan efek depresi. Warna kuning efeknya sama dengan merah dan orange tapi paling ringan, warna yang stabil, meningkatkan performa diri dan konsentrasi. (Ada penelitian bahwa ayam lebih banyak bertelur di bawah lampu kuning. [Nasrullah, 1998])
- Cool Color: hijau, biru dan warna-warna lembut. Warna Biru akan memberikan efek menurunkan denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi nafas sampai dengan 20 persen serta untuk relaksasi dan meditasi. Warna hijau akan memberikan efek rasa damai, tenang, dan sejuk, dan menurunkan hormon stress dalam darah serta menurunkan tekanan/tegangan pada otot.
Pendengaran / Hearing
Pitch, Tone, Rhythm dan Silence sangatlah penting. Musik untuk relaksasi adalah suatu hal yang menyenangkan. Rhythm yang simpel, dibutuhkan oleh anak dengan kemampuan intelektual yang rendah sehingga Anak Berkebutuhan Khusus lebih rileks.
Hearing stimuli terdiri dari:
- Soft music: rasa hangat, nyaman, aman dan rileks
- Cheerfull music: riang, mem-provokasi gerak aktif dan dinamis.
Musik bergantung pula pada ritme, harmoni, dinamisasi, keras-lembutnya. Dari Hasil Penelitian diketahui bahwa Corpus Callosum (serat putih besar yang menyatukan dua bagian dari otak besar pada manusia) para pemusik lebih tebal.
Sensor Sentuhan/Peraba / Tactile
Menyediakan permukaan yang berbeda untuk menstimuli sensor sentuhan/peraba sangatlah penting: kasar, lembut, basah, kering, hangat, dan dingin. Kontak melalui sentuhan (sensor peraba) antara Terapis dan anak sangatlah diperlukan. Meskipun Terapis tidak berbicara, namun sentuhan akan menjadi suatu bentuk kontak antara Terapis dan anak. Dengan sentuhan terapis akan menunjukkan rasa peduli pada anak dan anak merasa aman dan nyaman.
Penciuman / Smell
Stimulasi pada sensor penciuman sangat berpengaruh pada hasil Terapi Snoezelen meskipun kadang merupakan sensor yang jarang digunakan. Bebauan atau aroma ditengarai mampu menciptakan memori yang sangat kuat.
Stimulasi penciuman antara lain:
- Peppermint dapat merangsang inspirasi lebih panjang (bernafas dalam-dalam dengan rileks).
- Mawar dapat menekan rasa takut dan memberi rasa positif.
- Patchouli (sejenis minyak tumbuh- tumbuhan) dapat memperbaiki sikap cuek, dan memudahkan anak untuk dikendalikan/dikontrol.
- Camelia dapat menenangkan.
- Lavender juga dapat menenangkan dan mempertahankan fokus/perhatian.
- Eucalyptus dapat meningkatkan kesiagaan.
- Melati dapat mencegah perubahan dari undersensitive ke oversensitive dan sebaliknya.
- Basilika (kemangi/selasih) dapat memperbaiki rasa percaya diri.
Terapi Snoezelen umumnya dilakukan di suatu ruangan tersendiri yang di desain khusus untuk membentuk suasana yang ramah, menyenangkan, rekreasional bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Lingkungan Terapi Snoezelen haruslah aman dan tidak mengancam. Anak dan orang dewasa yang menjalani Terapi Snoezelen dapat menikmati stimulasi yang lembut dari sistem sensori primer dan sekundernya. Mereka akan mengalami kontrol diri yang lebih baik, peningkatan rasa percaya diri, dan penurunan tekanan/stress.
Manfaat Terapi Snoezelen Bagi Anak:
- peluang untuk relaksasi, eksplorasi dan ekspresi diri.
- memperoleh stimulasi dasar yang kadang-kadang tidak didapatkan.
- sebagai aktifitas bagi anak yang kesadaran terhadap lingkungannya menurun.
- perhatian secara individual.
- membangun kepercayaan antara terapis dan anak.
Manfaat Terapi Snoezelen Bagi Terapis:
- observasi anak secara lengkap dalam lingkungan dan situasi yang berbeda.
- tidak adanya keharusan untuk memenuhi aturan normal perilaku sosial secara lengkap.
- bebas dan tidak ada stress.
- dapat digunakan sebagai “imbalan” sebelum, selama atau setelah terapi.
Tujuan Snoezelen antara lain:
- anak merasa senang/menyenangkan diri sendiri.
- anak relaksasi secara fisik dan mental.
- meningkatkan kesadaran/perhatian.
- anak menunjukkan inisiatif untuk beraktifitas.
- anak menjadi lebih percaya diri.
- hubungan anak dan terapis menjadi lebih baik.
- kemampuan anak lebih berkembang. (Wind, 2001)
Sasaran Target Terapi Snoezelen:
- Cerebral Palsy
- Autisme
- Autism Spectrum Disorder
- ADHD / ADD
- Spina Bifida
- Down Syndrome
- Gangguan Taktil
- Mental Retardasi, dsb..
Kondisi anak yang dianjurkan untuk memperoleh Terapi Snoezelen:
- Implusif / dorongan dari diri yang kuat
- Distract / mudah teralihkan perhatiannya
- Sulit konsentrasi
- Takut
- Kesulitan berinteraksi
- Defensif/hipersensitif
- Kesulitan mengidentifikasi sensori
- Sulit memulai aktifitas
- Kurangnya kontak mata
- Sulit berekspresi
- Sulit memberikan reaksi pada lingkungan
- Tidak Percaya Diri pada kemampuannya
Kondisi anak yang tidak dianjurkan untuk memperoleh Terapi Snoezelen:
- Anak yang sangat cemas dan takut
- Anak sangat marah dan agresif
- Snoezelen justru membuat anak jengkel dan risih. (Van Dijk & Wind, 2001).
Pelaksanaan Terapi Snoezelen Dasar umumnya menggunakan teori ‘humanistic psychology’ oleh Carl Roger, yakni:
- client centre (berpusat pada klien)
- perhatian tidak tergantung kondisi
- tidak mengkritik pasien
- memberi pilihan
- memahami perilaku pasien
Pelangi Insani: dari berbagai sumber.