Pada dasarnya setiap anak remaja tertarik pada masalah seksual. Namun, remaja autis tidak punya pengetahuan yang cukup untuk mengerti tentang seks. Anak-anak ini punya dorongan seksual, tapi kemandiriannya belum terbentuk.
Seperti halnya anak normal, anak anak berkebutuhan khusus juga akan tumbuh dan berkembang menjadi remaja, mengalami pubertas, dan memiliki dorongan seksual. Namun, karena gangguan perkembangan dan komunikasi yang dialami, sering kali mereka tak memahami dorongan tersebut dan bagaimana mengendalikannya.
Kemampuan kognitif sosial seperti mendeteksi penipuan atau kejahatan sulit dipahami. Akibatnya, tak jarang individu dengan ASD menjadi korban perundungan, penipuan, hingga kejahatan seksual.
Penyandang autisme punya mekanisme seksual dan masa pubertas seperti remaja pada umumnya, sehingga pendidikan seks tetap perlu diajarkan kepada anak dengan ASD untuk menghindari pelecehan dan prilaku seksual yang dianggap tak pantas.
Cara melatih anak autis agar dapat belajar mengendalikan seksualitas :
* Berikan pemahaman tentang rasa malu untuk melindungi tubuhnya dan kemandirian dalam menggunakan toilet untuk privacy-nya
* Gunakan metode role play (bermain peran) ketika anak bertemu orang yang menarik baginya, bagaimana cara berdiri, menjaga jarak, apa yang boleh dipandang, apa yang tidak boleh disentuh
* Jangan menakuti-nakuti karena akan membuat fokus yang salah kepada anak dalam bertindak.
* Beri sistem reward ketika anak dapat berprilaku baik dalam mengendalikan hasrat di depan umum. Beri konsekuensi bila anak bertindak negatif, jangan mentertawakan tindakan mereka karena akan dianggap lelucon yang wajar.
Orangtua juga bisa membuatkan materi social stories yang dibaca bersama anak. Misalnya, saat ada orang lain menyentuh bagian tubuhnya, ia harus bersikap tenang dan meminta orang itu tidak melakukannya. Ajari juga anak untuk minta pertolongan orang dewasa jika ada orang mengganggunya.
Yang terpenting, jangan terlalu banyak memberi nasihat verbal pada anak autis karena tidak akan diproses oleh mereka. “Anak autis lebih menyerap secara visual. Daripada mengomel panjang lebar jika anak memegang penisnya, lebih baik tanpa banyak bicara singkirkan tangan anak dari celananya atau alihkan perhatiannya pada hal lain,


